Masalah Kuliah dan Solusinya: Cara Menyelesaikan Skripsi

Gambar Wisuda Kampus di Indonesia, Mahasiswa Kuliah

Selalu menarik membicarakan mahasiswa, membicarakan tentang masalah kuliah dan solusinya.

Deretan pertanyaan mengantri dalam kolom pencaharian, mulai dari pertanyaan masalah yang dihadapi mahasiswa baru, masalah kuliah daring, masalah mahasiswa masa kini, sampai pada permasalahan kampus di Indonesia.

Menurutku: Apa yang sulit dari masuk kampus adalah keluar darinya. Meskipun sebenarnya selalu ada hukum alam yang sifatnya timbal balik: yang memulai pasti akan berakhir, yang mendaftar pasti akan selesai.

Terlepas dari soal apakah nantinya akan selesai pada waktunya, atau justru keluar karena sudah waktunya. Atau bukan lagi mengeluarkan, tetapi dikeluarkan. Ini adalah soal yang lain lagi.

Yang jelas dalam hidup dan dalam pemahaman bahasa Indonesiaku yang sempit ini “me” itu lebih baik daripada “di”. Sebab kalau “me” maka posisinya adalah pelaku, sedangkan “di” posisinya adalah korban.

Tentu saja kita semua ingin menjadi pelaku atas diri kita sendiri, bukan menjadi korban atas keputusan-keputusan orang lain.

Olehnya itu sebelum putusan kejam itu diputuskan melalui keputusan orang lain, maka kita mesti membuat keputusan sendiri.

Dalam hal kuliah di kampus, maka kita harus membuat keputusan untuk mengeluarkan diri sendiri dengan selesai secara terhormat.

Pertanyaannya “Mulai dari mana?”

1. Mulai dari Diri Sendiri

Belajar menghargai diri sendiri dan menghargai belajar oleh diri sendiri.

“Kenapa semua tentang diri sendiri?” Sebab hanya itu yang bisa kita rubah.

Jangan terlalu ambisi ingin merubah orang lain apalagi berharap bisa merubah lingkungan, sebab meskipun itu adalah cita-cita yang mulia tetapi itu juga terlalu naif.

Ketidakmampuan memperbaiki diri sendiri itu merupakan gejala dari ketidakmampuan memperbaiki kondisi: lingkungan, masyarakat, atau apapun.

Hargailah proses yang sudah kita lalui, jangan menghabiskan waktu dan hidup untuk sesuatu yang penting saja tidak - apalagi mendesak.

Hargailah diri sendiri: kemampuan, kekuatan, kebisaan, kecakapan, keahlian, dan segala “ke” dan “an” yang positif pada diri sendiri. Jangan merendahkan diri dengan menggantungkannya pada orang lain. Sebab orang lain hanya bisa peduli, dan peduli saja belum cukup untuk dijadikan solusi.

2. Jernihkan Pikiran

Apa sebenarnya yang menghalangi dalam penyelesaian kita? Dosen, Pembimbing, Penguji, Staf, Dekan, atau silakan sebut se-siapa-pun. Mereka semua hanya faktor sekunder dari penghalangmu, yang itu bisa diselesaikan dengan triliunan jalan keluar.

Lalu apa? Menurutku masalah primernya ada pada pikiran kita sendiri. Siapa yang menganggap bahwa skripsi itu sulit, ya pikiran. Siapa yang mengira-ngira bahwa dosen itu mengerikan, ya pikiran. Jadi pada dasarnya semuanya terletak pada pikiran kita sendiri.

Pikiran-pikiran seperti ini, kalau dibiarkan dan dibiakkan akan merusak, bukan lagi semata pikiran tetapi juga merusak mental.

Maka salah sedikit: mengeluh, ditegur sedikit: mengaduh, dibentak sedikit: mengeluh, mengaduh kemudian melawan. Atau paling banter menghindar dan bersembunyi.

Padahal masalah tidak pernah selesai jika dihindari atau coba bersembunyi dan menyembunyikannya. Sebab sembunyi itu, biar bagaimanapun juga ia adalah akar dari kata “bunyi” dan bunyi pasti mengeluarkan suara, dan suara mesti didengar dan diketahui.

Jadi mulailah menjernihkan pikiran. Tidak ada masalah yang tidak punya solusi. Pertanyaannya kita mau atau tidak?.

3. Hadapi dan Selesaikan

Mau saja tidak cukup untuk menjadi amunisi, sebab kemauan masih bersifat abstrak dan konkretnya adalah tindakan. Sukses bukan milik orang yang memiliki segudang keinginan-keinginan, tetapi milik orang yang memiliki tindakan.

Satu tindakan itu jauh lebih baik dari pada seribu kemauan. Maka kalau ingin berhasil dan selesai dari masalah “kuliah-skripsi” ya harus dihadapi, dijalani, dan dilalui.

Dan pada umumnya semua prosesnya sama: menyusun, bimbingan, ujian, kemudian selesai. Tidak ada perbedaan yang begitu berarti. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi pun relatif sama. Semua punya kesulitannya masing-masing, dan mereka yang berhasil itu adalah mereka yang mau menjalaninya bukan menghindar darinya.

Tidak perlu mencari-cari informasi kilat tentang: cara menyelesaikan skripsi dengan cepat, atau cara menyelesaikan skripsi dalam 3 bulan, atau cara menyelesaikan skripsi dalam 2 bulan, atau bahkan cara menyelesaikan skripsi dalam 1 minggu.

Tidak ada yang mudah dalam hidup ini, tidak ada jalan pintas, tidak ada yang instan. Segalanya membutuhkan proses, maka hadapilah proses itu.

Jangan mengira-ngira proses orang lain lebih mudah, jangan membanding-bandingkan proses kita lebih sulit. Sebab semua punya derita dan ceritanya masing-masing.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama