Syarat Jadi Guru Honorer

Contoh ucapan suka dan duka tenaga honorer yang menyedihkan

Setelah melalui tahapan yang begitu panjang, akhirnya perjuangan dan doa-doa yang terpanjatkan pun terbalas juga.

Bukan main, tidak terhitung lagi berapa kalender yang sudah terbubuhi coretan. Coretan tentang hari-hari sulit dalam menghadapi dunia.

Dunia tanpa pekerjaan dan emosi yang diperasnya. Emosi adalah kondisi psikologis yang bereaksi atas keadaan yang berada di luar dirinya.

Kondisi psikologis tanpa pekerjaan lebih banyak memproduksi emosi kejenuhan, kesedihan, dan kemarahan.

Luapan emosi ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain adalah: 

  • Malu menjadi beban orang tua
  • Pening dengan gosipnya tetangga 
  • Pusing dengan pertanyaan pacar (kapan mau melamar?)
  • Serta jumlah nominal yang disebutkan calon mertua.

Beruntung, kekalutan ini akhirnya bisa terurai, setelah gerbang dunia berikutnya terbuka (dunia kerja). Dunia kerja dan suka duka yang menyertainya. 

Ditawar sebagai tenaga pengajar, tidak aku biarkan kesempatan itu lolos. Kesempatan tidak akan datang dua kali, sekali lewat harus bisa menangkapnya.

Adapun syarat-syarat untuk mendaftar sebagai honorer di sekolah, antara lain adalah (syarat ini sifatnya kondisional dan gampang-gampang susah):

  • Lulus kuliah minimal S1 (jurusan pendidikan lebih diutamakan)
  • Memiliki pengalaman mengajar
  • Mampu beradaptasi dengan kurikulum yang berlaku di sekolah
  • Ikhlas lillahi ta’ala bukan niat semata mencari uang
  • Pandai bersyukur setipis apapun amplop (honornya)
  • Bisa bersabar selambat apapun pendapatannya.
  • Dan seterusnya.

Tentu saja syarat di atas tidak berlaku pada setiap tempat. Sebab di tempat lain, bisa jadi syaratnya lebih mudah, atau bisa juga lebih sulit (parah) lagi.

Kalau dikalkulatorkan antara pemasukan dengan pengeluaran. 

Dimana penghasilan hanya bersumber dari jumlah jam mengajar yang diakumulasikan selama tiga atau enam bulan.

Kemudian dikurangi biaya hidup seperti uang makan, sewa kos, bensin, kuota, biaya pacaran, tabungan nikah, dan lain-lain, maka hasil yang diperoleh adalah di bawah dari nilai nol.

Akhirnya dengan penuh pertimbangan, dan proses penjernihan pikiran berulang-ulang, serta proses tirakat singkat. Keputusan sulit pun kemudian diambil. Resign (mengundurkan diri)!

Dan selamat datang kembali, dunia tanpa pekerjaan. Selamat menghabiskan hari-hari dengan warna warni kalender. Yang itu semua hanya berwarna merah bagi pengangguran. Hehehe.

1 Komentar

  1. Sangat menyedihkan, suka duka yang diceritakan sama persis dengan yang saya rasakan sebagai tenaga honorer juga di salah satu sekolah dasar yang ada di Sulbar,

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama